Laman

Sabtu, 04 September 2010


.
" Ya Allah......
Anugerahkanlah kami taufik untuk berbuat ketaatan,
dan menjauhi kemaksiatan serta niat yang baik,
dan pengetahuan tentang hal yang haram.
...Muliakanlah kami dengan petunjuk dan istiqamah.
Serta bimbinglah lidah kami untuk berkata benar dan bijaksana.
Dan penuhilah hati kami dengan ilmu pengetahuan.
Serta sucikanlah perut kami dari yang haram dan syubhah.
Tahanlah tangan kami dari perbuatan zalim dan mencuri.
Serta pejamkanlah mata kami dari perbuatan jahat dan khianat.
Dan selamatkanlah pendengaran kami dari
mendengarkan hal-hal yang jelek dan ghibah.
Dan berikanlah ulama' kami sikap zuhud dan keikhlasan.
Dan kepada golongan pelajar kami sikap kesungguhan,
Dan semangat dan kepada pendengar-pendengar
agar mengikuti dan mendapatkan peringatan,
serta berilah kesehatan dan kelapangan
kepada Musliminin yang sakit
dan kepada kaum Muslimin yang meninggal dunia dengan
kelemah-lembutan dan rahmat(Mu),
Dan kepada orang-orang tua kami ketenangan dan ketenteraman,
dan kepada para pemuda dengan sikap kesabaran dan taubat,
dan kepada wanita-wanita kami sikap malu dan harga diri,
dan kepada orang-orang kaya sikap rendah diri dan dermawan,
dan kepada para faqir dan miskin sikap kesabaran dan rasa cukup.

Limpahkanlah sholawat kepada junjungan kami Rasulullah SAW beserta keluarganya, salam terbaik kami buat mereka semua.
Segala puji hanya kepada Mu, Ya Allah, Tuhan Pemelihara Seluruh Sekalian Alam

Amin..amin..amin... Ya Rabbal'Alamiin..

Jumat, 03 September 2010

Tuntutlah Ilmu Padi, Semakin Berisi, Semakin Merunduk



Tahukah kamu, dulu kita hanya seseorang bodoh yang tak mampu membaca ataupun berhitung, begitu sabarnya guru kelas 1 sekolah dasar kita, membantu membaca dan berhitung.

Lalu kemudian, kita berkacak pinggang di depan pintu sekolah dasar, mencoret-coret baju sekolah dan celana merah tersebut. Mencoba menantang dunia, bahwa kamu telah menyelesaikan 6 tahun yang membosankan. Siap melangkah ke masa putih-biru. Merasa menjadi dewasa.

Tahukah kamu, dulu kita bahkan tidak pernah mengerti tentang dasar-dasar trigonometri. Entah untuk apa kita pelajari ilmu perbandingan sudut tersebut, bagaimana menggunakannya. Untuk apa dipelajarinya.

Kemudian kembali di depan gerbang kompleks sekolah kamu, baju putih dengan lambang OSIS berwarna kuning, telah lulus dengan coretan, 100% lulus. Dan otak kamu dipenuhi perasaan bahwa, aku dewasa, kini aku memakai celana panjang. Bebas menebar cinta. Bebas bergaya seperti layaknya orang dewasa.

Tahukah kamu, bahwa dasar-dasar mekanika newton dan sedikit pembelajaran tentang dasar fisika modern, adalah momok yang menakutkan bagi sekalian pelajar bercelana abu-abu. Mimpi burukmu berkisar antara stoikiometri kimia dan irisan kerucut dalam pelajaran geometri matematika.

Lalu setelah 3 tahun, kamu kembali memunggungi gedung sekolahmu. Menggandeng wanita impianmu. Seperti layaknya orang yang baru saja memenangkan kejuaran dunia.

Kemudian, kamu berdiri di depan gedung kampus alma mater kamu. Perlahan tapi pasti, Pancasila, Kewiraan, Fisika Dasar, Kalkulus I, telah kamu lewati. Berlanjut dengan, Fisika Matematika, Elektromagnetisme, Kalkulus III, dan lain sebagainya. Hingga engkau berani menghadapi orang-orang yang menjadi doktor sebelum kamu dalam 30 menit persidangan atas 1 tahun kerja kerasmu dalam tugas akhir.

Lalu kamu berjubah toga, memakai topi persegi. Menggamit calon istri. Menenteng map ijazah. Seakan kakimu telah menginjak bumi dalam-dalam. Dan kamu di atasnya.

Tapi, tak ubahnya kamu seperti sapi. Diberi air, agar gemuk, dan laku dijual, kemudian ketika disembelih, badan kamu hanyalah air, dan tak ada isi dagingnya.

Ya, kamu telah menjadi sapi. Bukan padi.
Kalau menurut ketentuan manusiawi, berdasarkan kebiasaan yang sering ditemui pada manusia di daerah-daerah tertentu atas dasar penelitian, semestinya Bung Karno itu berasal dari Minang, dan Bung Hatta itu berasal dari Jawa ataupun Sunda. Tetapi ketentuan demikian ini tidak selamanya benar, karena selain bersifat manusiawi, juga individual sekali, tidak dapat dipukul rata. Walhasil atas diri pribadi Bung Hatta berlaku kaidah yang hidup untuk pohon padi. Makin berisi makin menunduk.

Betapa tidak. Coba perhatikan. Bagi seseorang yang baru pertama kali bertemu dan berkenalan dengan Bung Hatta, tidak sedikit pun timbul kesan bahwa beliau itu adalah seorang Pemimpin Besar Indonesia yang telah pernah ikut berjuang, mendirikan Negara Republik Indonesia, pendek kata manusia Indonesia yang berjasa besar. Rasa kesombongan dan keakuan tidak nampak pada pribadi beliau. Sangat sederhana dalam segala-galanya. Orang tidak menyangka bahwa manusia yang berada di depannya itu adalah seorang history maker Indonesia di abad ke-20 ini.

Seakan-akan beliau berkata kepada kita, “Saya hanya menjalankan tugas yang dibebankan sejarah kepada diri saya. Dan tugas sejarah tersebut sudah saya laksanakan dengan sebaik-baiknya. Terserahlah kepada kalian bagaimana menilai hasil karya yang saya lakukan. Untuk itu saya tidak menuntut sesuatu balasan jasa atas apa yang telah saya perbuat untuk tanah air dan bangsa. Bagi saya semua itu saya lakukan semata-mata karena darma bakti saya kepada Ibu Pertiwi Indonesia, lain tidak.” Demikianlah kira-kira pendirian manusia Hatta.

Bagi manusia yang mendambakan hidup keduniawian, apalagi manusia yang segala sepak terjangnya didasarkan kepada ukuran dan nilai materi, maka tipe manusia seperti Bung Hatta dianggap sebagai orang yang “bodoh”. Kenapa? Karena ia adalah seorang pejabat tinggi yang tidak dapat memanfaatkan jabatan dirinya untuk mengumpulkan harta kekayaan untuk pribadi serta keluarganya. Akan tetapi dari segi moral dan agama, maka manusia Hatta adalah manusia Indonesia yang bermoral tinggi, di tengah krisis akhlak yang menimpa kebanyakan manusia Indonesia dewasa ini.

Kita boleh setuju atau tidak setuju kepada pandangan politiknya, kita boleh suka atau tidak suka kepada pribadinya, akan tetapi secara jujur kita harus cukup dewasa untuk mengakui kenyataan bahwa manusia Indonesia seperti Bung Hatta ini sangat sukar dicari dari persediaan yang 145 juta ini. Beliau jujur tetapi sederhana. Bung Hatta berjasa, namun tidak menonjolkan jasa-jasa yang pernah dilakukannya. Beliau memiliki andil besar dalam mendirikan Negara Republik Indonesia ini, akan tetapi Bung Hatta tidak menuntut agar rakyat Indonesia itu menghargai jasanya dan menghormati dirinya. Hanya orang yang mengenal dekat jualah yang akan dapat mengetahui keberhasilan Bung Hatta. Dan orang yang dekat itu sangat sedikit jumlahnya. Beliau tidak sedih ataupun meratap kalau jasanya tiada dihargai.

Akan tetapi Bung Hatta merasa pedih dan sedih apabila nasib rakyat Indonesia semakin sengsara dan menderita hidupnya. Itulah jiwa manusia Hatta. Itulah tipe seorang Pemimpin Rakyat yang sejati. Sayang Indonesia hanya memiliki seorang manusia seperti Bung Hatta ini.

Mudah-mudahan generasi yang akan datang akan dapat banyak belajar dari sejarah hidup dan perjuangan Bung Hatta, salah seorang Putra Indonesia yang besar di abad ini! Ibu Pertiwi Indonesia merasa bangga memiliki seorang putra yang besar seperti Mohammad Hatta ini!

Antara murid dan Guru (sifat murid)

Diceritakan bahwa Ibrahim  Khawas,  ketika  ia  masih  muda,
ingin  mengikuti  seorang guru. Iapun mencari seorang bijak,
dan mohon agar diperbolehkan menjadi pengikutnya.
 
Sang Bijak berkata. "Kau belum lagi siap."
 
Karena anak muda itu  bersikeras  juga,  guru  itu  berkata,
"Baiklah,  aku  akan mengajarimu sesuatu. Aku akan berziarah
ke Mekkah. Kau ikut."
 
Murid itu teramat gembira.
 
"Karena kita mengadakan  perjalanan  berdua,  salah  seorang
harus menjadi pemimpin," kata Sang Guru "Kau pilih jadi apa?"
 
"Saya ikut saja, Bapak yang memimpin," kata Ibrahim.
 
"Tentu  aku  akan  memimpin, asal kau tahu bagaimana menjadi
pengikut," kata Sang Guru.
 
Perjalananpun dimulai. Sementara  mereka  beristirahat  pada
suatu  malam  di  padang  pasir Hejaz, hujan pun turun. Sang
guru bangkit dan memegangi kain penutup, melindungi muridnya
dari kebasahan.
 
"Tetapi  seharusnya  sayalah yang melakukan itu bagi Bapak,"
kata Ibrahim.
 
"Aku perintahkan agar kau memperbolehkan aku  melindungimu,"
kata Sang Bijak.
 
Siang  harinya,  anak  muda itu berkata, "Nah ini hari baru.
Sekarang  perkenankan  saya  menjadi  pemimpin,  dan   Bapak
mengikut saya." Sang gurupun setuju.
 
"Saya  akan  mengumpulkan  kayu,  untuk  membuat  api," kata
pemuda itu.
 
"Kau tak boleh melakukan itu; aku yang  akan  melakukannya,"
kata Sang Bijak.
 
"Saya  memerintahkan  agar  Bapak  duduk Saja sementara saya
mengumpulkan kayu!" kata pemuda itu.
 
"Kau tak boleh melakukan hal itu," kata orang bijaksana itu;
"sebab  hal  itu  tidak  sesuai dengan syarat menjadi murid;
pengikut  tidak  boleh  membiarkan  dirinya  dilayani   oleh
pemimpinnya."
 
Demikianlah,  setiap kali Sang Guru menunjukkan kepada murid
apa   yang   sebenarnya   makna   menjadi    murid    dengan
contoh-contoh.
 
Mereka berpisah di gerbang Kota Suci. Waktu kemudian bertemu
dengan orang bijaksana itu, Si pemuda tidak  berani  menatap
matanya.
 
"Yang  kaupelajari  itu,"  kata  Sang Bijak, "adalah sesuatu
yang berkaitan dengan sedikit menjadi murid."
  
 
Catatan;
Ibrahim Khawas ('Si Penganyam Palem') memberi batasan  jalan
Sufi,
"Biarkan  saja  apa  yang  dilakukan untukmu
dikerjakan orang untukmu. Kerjakan sendiri  apa  yang  harus
kau kerjakan bagi dirimu sendiri."
 
Kisah  ini  menggaris-bawahi dengan cara dramatik, perbedaan
antara apa yang dipikirkan calon pengikut tentang  bagaimana
seharusnya hubunganya dengan gurunya, dan bagaimana hubungan
tersebut dalam kenyataannya.
 
Khawas adalah salah seorang di antara guru-guru agung  zaman
awal,   dan   perjalanan  ini  dikutip  oleh  Hujwiri  dalam
Pengungkapan Yang Terselubung, ikhtisar  tertua  yang  masih
ada tentang Sufisme dalam Bahasa Persia.
 

Kamis, 02 September 2010



Dengan asma Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya Segala puji bagi Allah, yang mencipta langit dan bumi tanpa seorang saksi, yang menggelar makhluk tanpa seorang pembantu Tiada sekutu dalam Ilahiyat-Nya, tidak ada setara dalam ketunggalan-Nya Kelu lidah mengungkap sifat-Nya Lemah akal memikirkan makrifat-Nya Merendah segala penguasa karena kehebatan-Nya Rebah segala wajah karena takut pada-NyaJatuh segala yang agung karena keagungan-Nya
Bagi-Mu segala puja Puja yang beruntun tak putus-putus Shalawat dan salam bagi Rasul-Nya, salam yang kekal abadi Ya Allah, jadikanlah permulaan hari ini kebaikan, pertengahannya kejayaan, dan pamungkasnya keuntungan.Aku berlindung pada-Mu dari hari yang permulaannya ketakutan, pertengahannya kecemasan, dan pamungkasnya kesedihan
Ya Allah, aku mohonkan ampun pada-Mu atas segala nazar yang kunazarkan, atas segala janji yang kujanjikan, atas segala akad yang kuakadkan, kemudian tak kupenuhi pada-Mu
Aku bermohon pada-Muperihal ulahku menzalimi hamba-Mu Bila ada hamba-Mu, pria dan wanita, yang teraniaya karena kezalimanku pada diri dan kehormatannya, pada hartanya, pada ahli dan keturunannya. Atau yang kugunjingkan kejelekannya, atau yang kusengsarakan karena hawa nafsu, penghinaan, kesombongan, riya dan kesukuan, yang hadir dan yang raib, yang hidup dan yang matiLalu lemah tanganku, sempit tenagaku, untuk mengembalikan haknya, dan meminta kerelaannya.Karena itu, aku mohonkan pada-Mu wahai Yang Menguasai segala hajat hajat yang terpanggil karena kehendak-Nya hajat yang bergegas memenuhi iradat-Nya Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad Ridhakan dia padaku dengan apa yang Kau kehendaki Berikan padaku dari sisi-Mu rakhmat Ampunan tidak akan mengurangi keagungan-Mu,Anugerah tidak akan meyusutkan kebesaran-Mu,Wahai Yang Maha Kasih dari segala yang mengasihi
Ya Allah, berilah aku pada hari Senin ini dua kenikmatan:pada permulaannya kebahagiaan mena'ati-Mu,pada pamungkasnya: kenikmatan akan ampunan-Mu,Wahai Dia Yang menjadi satu-satunya Tuhan Selain Dia tiada yang dapat memberikan ampunan...Amin...amin...amin Ya Rabbal 'Alamin............

Ya Allah ya Tuhan kami, Waktu telah berlalu begitu cepat, bertambahnya usia telah menyadarkan hamba bahwa telah begitu banyak sekali rejeki, karunia, rahmat dan hidayah yang telah Engkau limpahkan kepada hamba yang tidak bisa di ukur oleh manusia atau mesin paling cerdas sekalipun. Nikmat dan karuniaMu sungguh tak terkira.

Namun, sebagai manusia, sudah sewajarnya dan sepantasnya hamba selalu berdoa dan meminta kepada Engkau Sang Pemilik Segalanya, Sang Maha Pencipta, Maha Pemberi dan maha Penerima.

Ya Allah ya Tuhan kamiBerikanlah ketetapan hati kami untuk senantiasa menyembahMu dan tidak pernah membandingkan dan berpaling dariMu.Berilah kami rasa cinta kasih yang tulus dan murni, dan jangan sampai kecintaan kami kepada dunia ini melebihi kecintaan kami kepadaMu.Jika Engkau berkenan memangil kami kelak, Panggilah kami dalam Iman Islam dan Ikhsan kepadaMu, berikanlah keikhlasan dan ketabahan sepenuhnya kepada mereka yang kami tinggalkan, jangan sampai mereka meratapi kepergian kami.

Ya Allah ya Tuhan kami,Kiranya seumur hidup kamipun tak akan sanggup menyelesaikan deretan doa doa dan permintaan kami, karena rejeki karunia dan nikmatMu benar benar tidak terkira dan tak terhitung.Terimakasih atas rejeki, nikmat, karunia, ilmu, kesehatan, cinta kasih, kebahagiaan, dan kemudahan yang tiada tara yang telah Engkau berikan dalam kehidupan kami.

Allahumma Shollii Alaa Sayyidina Muhammad wa Alaa Alihi Sayyidina MuhammadAmin amin amin ya Rabb....


Ya Allah, ampunilah kami, orang tua kami, anak-anak kami, guru-guru kami, saudara-saudara seagama, sahabat-sahabat kami, orang-orang yang mencintai kami karena Engkau, orang-orang yang berbuat baik kepada kami dan bagi kaum muslimin muslimat, mukminin dan mukminat, wahai Tuhan penguasa alam semesta. Sesungguhnya Engkau Maha mendengar doa kami...... Amin Ya Rabb....

Rabu, 01 September 2010

TABAYYUN ITU PERLU...!!!

“ Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanya itu” ( QS Al-Hujuraat :6)


Tabayyun, tabayyun!

Kita diminta berhati-hati jika menerima kabar/berita, terlebih lagi jika yang membawa kabar/berita adalah orang yang fasik. Bentuk kehatia-hatian itu adalah dengan melakukan tabayyun (menyelidiki dan memeriksa dengan teliti) akurasi/ketepatan dan kebenaran berita tersebut. Jika itu tidak dilakukan, maka musibah bisa menimpa kita. Sebab, jika bisa mengambil dan keputusan yang salah karena bersandar kepada data/informasi yang salah.

Untuk lebih memahami konteks ayat diatas, ada baiknya kita memperhatikan asbabul nuzul-nya. Sehubungan dengan ini ada dua riwayat yang dapat dijelaskannya. Kita lihat riwayat yang pertama saja, berikut ini.

Bahwa pada suatu hari Rasulullah SAW mengutus Al-Walid bin Uqbah untuk mengambil zakat kepada Bani Musthaliq yang mengaku tunduk kepada Rasulullah SAW dan telah memeluk agama Islam.

Sesampai Al-Walid di negeri dituju, maka maksudnya memungut zakat tidak berhasil dengan baik. Lalu Al-Walid segera pulang ke Madinah dan memberi laporan (palsu) kepada Rasulullah SAW bahwa Bani Musthaliq telah murtad dari islam.

Kemudian Rasulullah SAW mengutus Khalid bin Walid bersama sepasukan tentara, dengan peasn bahwa kedatangan rombongan itu jangan membuat heboh, hendaklah didahului dengan penyelidikan yang teliti, dan jangan terburu-buru mengambil sikap keras.

Khalid langsung melaksanakan perintah tersebut dan dia datang ketempat itu pada malam hari, sehingga tidak ada orang tahu. Setelah itu dia mengirim beberapa orang intel/spion menyusup ke negeri lebih dekat dan mendalam.ternyata kabar terdahulu adalah bohong belaka, terbukti dengan tetap berkumandangnya adzan dan mereka menegakkan sholat berjamaah pada waktunya.

Temuan itu oleh khalid segera dilaporkan kepada Rasulullah SAW. Maka turunlah ayat diatas memberi ingat bahwa jika datang orang fasik membawa berita hendaklah selidiki lebih dahulu dengan seksama. Jangan sampai suatu kaum menderita malapetaka, padahal bukan karena kesalahanya. Sebab jika itu sampai terjadi, maka semua akan menyesal. Pada ayat itu pembawa berita palsu mendapat sebutan hina, yaitu fasik..